Teori Organisasi Umum-04
TIPE, BENTUK , STRUKTUR ORGANISASI
Tipe-tipe organisasi
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung
pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak
ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.
Ø Organisasi Formal
Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan
baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas
dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk
saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan
tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran
organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan,
pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan
terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan
mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak
fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan
pemerintah, dan universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).
Ø Organisasi informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik
secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu
eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar
anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam
bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila
hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi
sekunder menurut Hicks:
1. Organisasi Primer, organisasi semacam ini
menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka
berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan
dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga
tertentu.
2. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat
hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi
seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki
anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada
anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara
majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa
besar pembayaran gajinya.
Setiap organisasi yang didirikan tentu memiliki sasaran yang ingin
dicapai secara maksimal. Oleh karenanya suatu organisasi menentukan sasaran
pokok mereka berdasarka kriteria-kriteria organisasi tertentu.
Adapun sasaran yang
ingin dicapai umumnya menurut J Winardi adalah:
- Organisasi
berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu organisasi yang
berupaya memberikan pelayanan yang profesional kepada anggotanya maupun
pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran
penuh dari penerima servis.
- Organisasi
yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations), yaitu
organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan dalam
pembayaran dalam bentuk tertentu.
- Organisasi
yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations)
- Organisasi-organisasi
perlindungan (protective organizations)
- Organisasi-organisasi
pemerintah (government organizations)
- Organisasi-organisasi
sosial (social organizations)
Dalam organisasi di Indonesia saat bermacam-macam bentuk
organisasi baik bersifat organisasi kemasyarakatan ,atau organisasi partai
politik. Bahkan dalam pemerintahan di katakan organisasi beskala
nasional.karena organisasi itu terdiri dari anggota dan pengurus. Di dalam
bentuk organisasi dapat kita bedakan sebagai berikut:
1. Piramida
Mendatar(Flat)
Mempuanyai
ciri-ciri diantaranya:
·
Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat-tingkat
hararki kewenangan sedikit.
·
Jumlah pekerja (bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak
·
Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah
pimpinan relatif kecil, di negara kita bisa kita lihat misal nya organisasi
kemiliteran.
2. Piramida Terbalik
Organisasi piramida
terbalik adalah kebalikan dari tipe piramida terbalik adalah jumlah jabatan
pimpinan lebih besar daripada jumlah pekerja. Organisasi ini hanya cocok untuk
organisasi-organisasi yang pengangkatan pegawainya berdasarkan atas jabatan
fungsional seperti organisasi-organisasi/ lembaga-lembaga penelitian,
lembaga-lembaga pendidikan.
3. Tipe Kerucut
- Tipe
organisasi kerucut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Jumlah
satuan organisasi banyak sehingga tingkat-tingkat hirarki/kewenangan
banyak.
- Rentang
kendali sempit.
- Pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab kepada penjabat/pimpinan yang bawah/rendah
- Jarak
antara pimpinan tingkat atas dengan pimpinan tingkat bawah terlalu jauh.
- Jumlah
informasi jabatan cukup besar.
Unsur-unsur
Ø Menurut keith davis ada tiga unsur penting
partisipasi:
- Unsur
pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu
keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
- Unsur
kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai
tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan
untuk membantu kelompok.
- Unsur
ketiga adalah unsur tanggung jawab Unsur tersebut merupakan segi yang
menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya
ada rasa “sense of belongingness”.
Adapun ciri-ciri dari
organisasi adalah
- Adanya komponen (
atasan dan bawahan)
- Adanya kerja sama
(cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
- Adanya tujuan
- Adanya sasaran
- Adanya keterikatan
format dan tata tertib yang harus ditaati
- Adanya pendelegasian
wewenang dan koordinasi tugas-tugas
Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan.
Macam-macam Bentuk
Ada tiga macam bentuk organisasi dalam suatu perusahaan, yakni;
organisasi garis / lini, organisasi garis dan staff, organisasi staff dan
fungsional. Dimana ketiga bentuk organisasi ini memiliki perbedaan kelebihan
dan kekurangan dalam proses kerja dan sistem-nya.
- Organisasi garis
- Organisasi garis
Suatu organisasi yang dimana jumlah karyawannya masih sedikit dan
belum memiliki keahlian yang tinggi, dimiliki oleh suatu perusahaan yang masih
kecil. Perusahaan ini memiliki organisasi garis. Dimana dalam organisasi ini
mampu menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi antar karyawannya. Karena
didukung faktor minim-nya jumlah karyawan yang dimiliki. Dalam perusahaan ini
proses pengambilan keputusan dilakukan hanya satu orang. Tanpa adanya proses
perundingan atau negosiasi terlebih dahulu dengan karyawan yang lainnya. Dengan
hanya memiliki satu pemimpin dapat menimbulkan sikap kepemimpinan yang meninggi
terhadap bawahannya.
- Organisasi garis dan staff
- Organisasi garis dan staff
Organisasi dimana dibutuhkan adanya staff atau karyawan dalam
proses penanganan dalam perusahaan yang bersangkutan. Organisasi ini dibutuhkan
pada perusahaan yang besar karena memiliki bidang tenaga kerja yang banyak.
Kelebihannya adalah pengambilan kepurusan dapat diambil dengan tepat karena
adanya perumusan dari manajemen yang ahli dalam bidangnya. Kelemahan dari
organisasi ini adalah rasa solidaritas antar bawahan sulit terjalin dengan baik
(tidak saling kenal) karena banyaknya karyawan dan kesibukkan yang melanda.
- Organisasi staff dan fungsional
- Organisasi staff dan fungsional
Penyatuan dari organisasi staff dan fungsional, dalam organisasi
ini dapat dilakukan perumusan tujuan yang jelas untuk menangani masalah dalam
perusahaan. Pembagian kerja yang profesional berdasarkan bidangnya.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Elemen struktur organisasi
adalah sebagai berikut:
· Spesialisasi pekerjaan, sejauh mana pekerjaan
dalam organisasi di bagi-bagi dalam beberapa bidang.
· Departementalisasi, dasar yang di pakai untuk
mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.
· Rantai komando, garis wewenang yang tanpa putus
membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah.
· Rentang kendali, jumlah bawahan yang dapat di
kendalikan secara efisien.
· Sentralisasi dan desentralisasi, sejauh mana
tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titiik.
· Formalisasi, sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di
dalam organisasi dibakukan.
Faktor penentu struktur
organisasi:
· Strategi, Sebagian besar kerangka strategi
dewasa ini terfokus pada tiga dimensi inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi
pada desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.
· Teknologi, Setiap organisasi paling tidak
memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber
daya fisik menjadi produk atau jasa.
· Ukuran organisasi, Sebagai contoh,
organisasi-organisasi besar yang mempekerjakan 2.000 orang atau lebih cenderung
memiliki banyak spesialisasi, departementalisasi, tingkatan vertikal, serta
aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil.
· Lingkungan, Kekuatan-kekuatan ini biasanya
meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah,
kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
• Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam merancang struktur
organisasi adalah seberapa jauh kebutuhan untuk melakukan diferensiasi dan integrasi.
• Diferensiasi dibedakan menjadi:
• Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam merancang struktur
organisasi adalah seberapa jauh kebutuhan untuk melakukan diferensiasi dan integrasi.
• Diferensiasi dibedakan menjadi:
– Horisontal (pembagian
kerja didasarkan pada spesialisasi)
– Vertikal (pembagian
kerja didasarkan pada hirarkhi, otoritas, atau rantai komando).
– Spasial (pembagian
pekerjaan didasarkan pada wilayah geografis).
Konflik
Dalam Organisasi
Konflik berasal dari kata kerja Latin
configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik
dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanyaakan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Ada
beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli:
- Menurut Taquiri dalam Newstorm
dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh
berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan.
- Menurut Gibson, et al (1997:
437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing –
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
- Menurut Robbin (1996),
keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap
tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
- Dipandang sebagai perilaku,
konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang
sangat dekat hubungannya dengan stres.
- Menurut Minnery (1985),
Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang
satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh
perbedaan tujuan.
- Konflik dalam organisasi
sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara
negatif (Robbins, 1993).
- Konflik merupakan ekspresi
pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok
lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan
adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
- Konflik dapat dirasakan,
diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger
& Poole: 1984).
- Konflik senantisa berpusat
pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi
sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku
setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart,
1993:341).
- Interaksi yang disebut
komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat
disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda
(Devito, 1995:381)
Menurut
Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
- konflik antara atau dalam
peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau profesi (konflik peran (role))
- konflik antara
kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
- konflik kelompok terorganisir
dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
- konflik antar satuan nasional
(kampanye, perang saudara)
- konflik antar atau tidak antar
agama
- konflik antar politik.
Faktor penyebab konflik
- Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
- Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam
hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus
dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena
dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.
Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat
terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik
antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan
di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan
memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Perubahan-perubahan nilai yang
cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial
sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun
dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal
kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi
seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Proses Organisasi
Proses dalam kamus bahasa Indonesia berarti rangkaian suatu
tindakan.Proses organisasi merupakan jiwa bagi struktur organisasi. Jika proses
tersebut tidak berjalan dan berfungsi dengan baik,maka masalah tidak pernah
yang tidak pernah diharapkan akan timbul dalam sebuah organisasi.
Adapun model organisasi yang akan kita bahas disini ada empat proses prilaku yang nanti akan menyumbangkan prestasi pada organisasi yang efektif. Empat proses tersebut yaitu komunikasi, pengambilan keputusasn, evaluasi prestasi, sosialisasi dan karir.
Adapun model organisasi yang akan kita bahas disini ada empat proses prilaku yang nanti akan menyumbangkan prestasi pada organisasi yang efektif. Empat proses tersebut yaitu komunikasi, pengambilan keputusasn, evaluasi prestasi, sosialisasi dan karir.
Model-model dalam proses organisasi
1. Proses Komunikasi
Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan
cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh tehnik komonikasi. Dari
sudut pandang ini komuikasi adalah suatu proses social yag mempuyai relevansi
terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
Kelangsungan hidup organisasi berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan melaksanakan komunikasi. Proses organisasi menghubungkan organisasi dengan lingkungannya termasuk bagian-bagiannya. Informasi mengalir ke organisasi dan dari organisasi, termasuk di dalam organisasi itu sendiri.
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengiriman kepada penerima informasi. Dengan demikian penerimaan informasi harus memahami isi informasi yang di terimanya, sebaliknya apabila penerimaan informasi tidak memahami informasi yang di berikan oleh pemberi informasi berarti tidak terjadi komunikasi yang effektif yang pada akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik. Disamping itu apabila komunikasi dipandang sebagai suatu proses, ada tiga elemen pokok yang saling berkaitan yang terdapat pada setiap terjadinya suatu komunikasi, yaitu sender (sumber berita), message(pesan), dan reciver (penerimaan berita).
2. Proses Pengambilan
Keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba,
tetapi melalui suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi
kegiatan kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang
dan wewenang itu dapat dilimpahkan.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menghimpun data
melalui pencatatan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian
b. Melalui analisis data
c. Menetapkan keputusan
yang akan ditempuh
d. Mengoprasionalakan
keputusan menjadi kegiatan
e. Selama berlangsungnya
kegiatan sebagai pelaksana keputusan akan diperoleh data oprasional
yang
baru.
Sementara itu tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Tetapkan masalah
b. Idntifikasi criteria
keputusan
c. Alokasikan bobot pada
criteria
d. Kembangkan alterntaif
e. Evaluasi alternative
f. Pilih alternative
terbaik
3. Proses Evaluasi
Prestasi
prestasi individu menjadi bagian dari prestasi kelompok yang pada gilirannya menjadi bagian dari prestasi organisasi. Tidak ada suatu ukuran atau criteria yang memadai yang dapat mencerminkan prestasi suatu tingkatan.
Proses evaluasi prestasi didalam organisasi menunjukan bahwa prestasi individu, kelompok, dan organisasi adalah suatu hasil atau variabel bergantung dari prilaku organisasi, struktur dan proses. System yang diterapkan untuk mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud seperti penentuan imbalan (upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan akan pelatihan (training), penyediaan balikan bagi para pegawai dan lain-lain. Sebenarnya banyak sekali metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevalusi prestasi sehingga merupakan tantangan tersendiri untuk memilih yang terbaik dari yang baik-baik. Dalam melakukan pengevaluasian sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Maksud dan evaluasi
kerja
2. Evaluasi kerja dan
evaluasi
3. Apa yang akan di
evaluasi
4. Siapa yang seharusnya
akan di evaluasi
5. Bagaimaa metodenya
6. Masalah potensial
7. Bagaimana mengatasi
masalah
4. Proses Sosialisasi dan Karir
Proses sosialisasi adalah suatu proses dimana kita dapat bergaul
dalam suatu komunitas tertentu maka disitulah proses sosialisasi akan terjadi.
Sedangkan karir adalah suatu deretan posisi yang di duduki oleh seseorang
selama perjalanan usianya. Individu memasuki organisasi untuk bekerja dan
merintis tujuan karir pribadi mereka. Organisasi mempekerjakan
individu-individu untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan menurut
struktur organisasi itu. Jadi kepentingan individu dan organisasi serta
tujuannya harus disesuaikan jika keduanya ingin effektif.proses penyadaran
individu akan harapan organisasi disebut sosialisasi, pengembangan karir dan
sosialisasi adalah dua aktifitas yang saling berkaitan yang memberikan dampak
pada prestasi baik prestasi organisasi maupun prestasi individu.
3. Proses organisasi
yaitu aktivitas
–aktivitas utama yang dilakukan dalamsuatu organisasi.
Proses organisasi
terdiri atas 5 bagian , antara lain:
1. Hubungan antara
peran.
adalahhubungan antar orang ( vertical atau pun horizontal ) dinyatakan dalam
jabatanmembangun kerjasama antar seksi-seksi antar unit (karena tidak ada
kerjasamayang dilakukan oleh satu unit ) hubungan kerjasama antara sub-sub,
seksi dan bidang.
-. hubungan
vertical adalah hubungan antara atasan danbawahan.
-. hubungan
horizontal adalah hubungan antara sejajar.
2. Proses
komunikasi . adalah rangkaian kegiatan sebelum atau pada saat itusedang
terjadi. contoh : Rapat, koordinasi, pengumuman. dll,.
Tahappengawasan ,
dimulai komunikasidalam tahap perencanaan, pengorganisasian, pendaya gunaan
SDM, pengarahan,koordinasi, pelaksanaan, penggunaan anggaran, pengawasan,
pencatatan danpelaporan sampai pada organisasi selesai. apabila proses
pengawasan tidakdilaksanakan akan terlihat pencapaian yang tidak sempurna.
3. Pengawasan/
pengendalian .
a. kemampuanmanusia
terbatas, kemungkinan dapat bertindak salah atau keliru atau
tidaksesuai
dengan
apa yang diharapkan.
b. padasebagian manusia
ada kecenderungan perilaku bermasalah. yaitu : tidak masukkantor,
konflik
dengan teman, dll.
c. manusiapada umumnya
memiliki motif kerja yang tidak konsisten.
d. supayaorang-orang
dalam organisasi sesuai pada trek atau jalur yang benar.
Dalam Organisasi tentunya terdapat proses-proses yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Seperti, Proses
mempengaruhi pengambilan keputusan dan komunikasi adalah proses-proses
manejerial karena secara nyata dilaksanakan oleh para manajer. Proses-proses
ini juga merupakan proses-proses organisasional karena lebih penting daripada
manajer individual dalam pengaruhny apada pencapaian tujuan–tujuan organisasi.
Ketiga proses organisasi dan manejemen ini merupakan bagian vital sistem organisasi
formal dan mempunyai implikasi-implikasi sangat penting terhadap perilaku
organisasi.
Didalam proses
organisasi terdapat beberapa proses pendukung lainnya yaitu antara lain :
1. Proses memahami
Merupakan proses untuk memmpengaruhi yaitu suatu bentuk kegiatan
atau keteladanan yang baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan
suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok. Proses ini
biasanya diterapkan untuk mengerti suatu bentuk kebiasaan atau perilaku dari
anggota organisasi sehingga dapat melihat dan memehami karakterisitik dari
sebuah organisasi itu sendiri.
2. Proses Pengambilan
Keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba,
tetapi melalui suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi
kegiatan kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang
dan wewenang itu dapat dilimpahkan.
Pengambilan keputusan
oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan
proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal
pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan Konsep
sebagai berikut :
-. Identifikasi dan
diagnosis masalah
-. Pengumpulan dan
analisis data yang relevan
-. Pengembangan &
evaluasi alternantif
-. Pemilihan alternatif
terbaik
-. Implementasi
keputusan & evaluasi terhadap hasil -hasil
a. Tipe –Tipe Keputusan
Manajemen
-. Keputusan-keputusan
perseorangan dan strategi
-. Kepusan-keputusan
pribadi dan strategi
-. Keputusan-keputusan
dasar dan rutin
Sumber: http://id.shvoong.com/
Blogger Comment